Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Pengurangan Emisi Gas Rumah Kaca Indonesia, Sektor Energi Berperan Penting

Indonesia telah meratifikasi kesepakatan global untuk pengendalian perubahan iklim, Paris Agreement, pada tahun 2016.

|
Editor: M Iqbal
istimewa
Diskusi panel bertajuk 'Mainstreaming International Commitment and NDC's Implementation to strengthen national ambition' yang digelar di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC, Dubai, Uni Emirat Arab 

TRIBUNPEKANBARU.COM - Sektor energi berperan penting dalam pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) Indonesia sebagai kontribusi dalam upaya pencegahan perubahan iklim global.

"Bersama sektor kehutanan dan penggunaan lahan, sektor energi adalah tulang punggung pengurangan emisi GRK Indonesia," kata Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Laksmi Dhewanthi saat menyampaikan pidato kunci pada diskusi panel bertajuk 'Mainstreaming International Commitment and NDC's Implementation to strengthen national ambition' yang digelar di Paviliun Indonesia pada Konferensi Perubahan Iklim COP28 UNFCCC, Dubai, Uni Emirat Arab, Sabtu, 2 Desember, 2023.

Seperti diketahui, Indonesia telah meratifikasi kesepakatan global untuk pengendalian perubahan iklim, Paris Agreement, pada tahun 2016.

Indonesia kemudian menyampaikan dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) yang berisikan target kontribusi pengurangan emisi GRK.

Pada dokumen Enhanced NDC yang disampaikan pada tahun 2022 lalu, Indonesia menargetkan untuk mengurangi emisi GRK sebesar 31,89 persen dengan upaya sendiri atau mencapai 43,20 persen dengan dukungan internasional pada tahun 2030 dibandingkan dengan business as usual (BAU)..

Adapun sektor-sektor yang akan berkontribusi pada pengurangan emisi GRK Indonesia adalah Pertanian, sampah, industri pengolahan, energi, serta kehutanan dan penggunaan lahan lainnya (FOLU).

Berdasarkan skenario CM1 (dengan upaya sendiri) Enhanced NDC, sektor energi ditargetkan untuk mengurangi emisi GRK sebesar 12,5?ri BAU. Sementara dengan skenario CM2 (dengan dukungan internasional) pengurangan GRK dari sektor ini mencapai 15,5?ri BAU.

Berdasar enhanced NDC, pengurangan emisi dari sektor energi menjadi urutan kedua setelah sektor FOLU. "Target ini (pengurangan emisi GRK) hanya bisa dicapai jika aksi mitigasi dilakukan termasuk oleh sektor energi," katanya.

Laksmi melanjutkan, pentingnya pengurangan emisi GRK di sektor energi untuk mendukung komitmen Net Zero Emission (NZE) Indonesia pada tahun 2060 atau lebih cepat.

Direktur Transmisi dan Perencanaan Sistem PT PLN Persero Evy Haryadi menjelaskan langkah-langkah pengurangan emisi GRK yang dilakukan. Diantaranya adalah transisi ke energi baru dan terbarukan (EBT), konservasi energi, dan penerapan teknologi carbon capture and storage (CCS). "Sejauh ini inisiatif-inisiatif yang kami lakukan telah berhasil mengurangi 39 juta ton CO2," katanya.

Evy melanjutkan inisiatif yang dilakukan oleh perusahaan akan terus diperkuat hingga akhirnya bisa mencapai NZE pada tahun 2060.

Untuk transisi energi, PLN memanfaatkan EBT seperti tenaga angin, hydro, hingga tenaga surya. PLN juga akan memanfaatkan biomassa sebagai substitusi batubara untuk co-firing di PLTU. Selain itu, PLN saat ini sedang mengembangkan energi hidrogen.

Turut menjadi pembicara pada diskusi panel Senior Vice President Research and Technology Innovation Pertamina, Oki Muraza, dan Global Director World Bank Energy and Extractive Global Practice Demetrios Papathanasiou.

Pemberi pidato kunci pada diskusi panel tersebut selain Laksmi Dhewanthi adalah Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Nani Hendiarti. (RILIS)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved