Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Pilpres 2024

Abu Bakar Ba'asyir Terang-terangan Dukung Capres 01: Cuma Anies Baswedan yang Paham Islam

Ustaz Abu Bakar Ba'asyir (ABB) secara terang-terangan mendukung pasangan calon presiden-wakil presiden nomor urut 01 Anies Baswedan

Editor: Muhammad Ridho
tribunnews.com
Abu Bakar Ba'asyir Terang-terangan Dukung Capres 01: Cuma Anies Baswedan yang Paham Islam 

"Maka kalau beliau berbicara tujuannya untuk kemaslahatan itu dan beliau melihat kemaslahatan dalam hal ini pada paslon nomor satu ya beliau memang tidak pernah menutupi itu. Kepada siapapun beliau akan menyampaikan apa adanya," jelas Abdurrahim Ba'asyir.

Profil Abu Bakar Ba'asyir:

Abu Bakar Ba'asyir dikenal sebagai ustaz. Ia pengasuh Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki.

Abu Bakar Ba'asyir sempat hijrah ke Malaysia dan kembali ke Indonesia.

Ketidakharmonisannya dengan penguasa menyeretnya ke penjara atas tuduhan teroris.

Dikutip dari Wikipedia, Abu Bakar Ba'asyir bin Abu Bakar Abud atau lebih akrab disapa Ustaz Abu Bakar Ba’asyir juga dikenal sebagai seorang ulama berdarah Arab yang memimpin Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).

Ba’asyir lahir di Jombang, 17 Agustus 1938.

Ia mengenyam pendidikan Islam di Pesantren Gontor, Ponorogo, Jawa Timur yang lulus pada 1959. Kemudian melanjutkannya ke Fakultas Dakwah Universitas Al-Irsyad, Solo, Jawa Tengah.

Perjalanan karier di bidang keagamaan diawali saat Ba’asyir menjadi aktivis Himpunan Mahasiswa Islam Solo.

Selain itu, ia juga menjabat sebagai sekretaris perkumpulan Pemuda Al-Irsyad, Solo.

Jiwanya sebagai seorang aktivis memang bukan main-main. Perlahan tapi pasti, Ba’asyir semakin menanjak. Ia dipercaya sebagai Ketua Gerakan Pemuda Islam Indonesia, Ketua Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam, memimpin Pondok Pesantren Al Mu’min dan menjadi Ketua Organisasi Majelis Mujahidin Indonesia (MMI).

Pada 10 Maret 1972, Ba’asyir bersama rekan sejawatnya Abdullah Sungkar, Yoyo Roswadi, Abdul Qohar H. Daeng Matase dan Abdllah Baraja mendirikan pesantren Al Mu'min yang berlokasi di Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Pondok pesantren ini pada awalnya hanya berisi kegiatan kuliah zuhur di Masjid Agung Surakarta. Namun, belakangan pondok ini berkembang menjadi Madrasah Diniyah.

Saat terjadi perpecahan politik karena permasalahan ekonomi di zaman Orde Baru, Ba’asyir memilih tinggal di Malaysia selama 17 tahun. Pilihannya tersebut didasari atas penolakan diberlakukannya asas tunggal Pancasila.

Pada tahun 1983, Ba’asyir bersama Abdulla Sungkar ditangkap dengan tuduhan menghasut orang-orang untuk menolak asas Pancasila. Ba’asyir juga melarang santrinya untuk hormat kepada bendera saat upacara karena dianggap syirik.

Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved