Mengapa Harga Kelapa Mahal dan Langka? Mendag Budi Santoso: Pengusaha Milih Ekspor

Mengapa harga kelapa mahal dan keberadaannya langka? Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso pun angkat bicara.

|
Editor: Ariestia
Tribunnews.com/Endrapta Pramudhiaz
HARGA KELAPA - Mengapa harga kelapa mahal dan keberadaannya langka? Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso pun angkat bicara, Senin (21/4/2025). Foto Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengungkap ada 66 perusahaan yang mencurangi penjualan minyak goreng Minyakita, Kamis (13/3/2025). 

Kenaikan harga ini tak hanya dikeluhkan pembeli, tapi juga pedagang yang mengalami penurunan omzet drastis hingga 50 persen.

Pantauan Tribunjabar.id di Pasar Rebo, Rabu (16/42025), menunjukkan lonjakan harga yang sudah mulai terasa sejak menjelang Lebaran, namun kini kian tak terkendali.

Pembeli, terutama pelaku UMKM seperti penjual kue tradisional, kelimpungan karena tak bisa mengurangi penggunaan kelapa demi menjaga kualitas rasa.

"Mau tidak mau tetap beli meski mahal. Kalau takaran dikurangi, rasa kue bisa berubah dan pelanggan kecewa," ujar Yayah, salah satu penjual kue di Purwakarta, Rabu (16/4/2025).

Menurut pedagang, mahalnya harga kelapa parut disebabkan oleh minimnya pasokan.

Mereka harus bersaing dengan sesama pedagang, bandar, hingga pabrik pengolahan yang juga membutuhkan kelapa dalam jumlah besar.

Saat ini, kelapa ukuran kecil dijual Rp15 ribu per butir, sementara ukuran besar tembus Rp25 ribu.

"Biasanya bisa jual sampai 700 butir per hari, sekarang maksimal cuma 400. Omset turun hampir setengahnya," kata Sopyan, pedagang kelapa di Pasar Rebo.

Baik pedagang maupun pembeli berharap harga kelapa segera kembali stabil agar roda usaha dan konsumsi masyarakat tidak terganggu lebih lama. 

(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved