Sebagai informasi, Sultan Syarif Kasim II menyerahkan mahkota itu kepada Republik Indonesia pada 1945.
Bersama hampir seluruh harta kekayaan kerajaan, termasuk istana, pedang, dan medali.
Langkah itu bukan tanpa risiko.
Sang Sultan sempat harus mengungsi ke Aceh karena mendapat tekanan dari Belanda dan Sekutu.
Namun tekadnya bulat.
Ia setia pada republik.
Bahkan, lewat telegram tertanggal 28 November 1945, Sultan menyatakan dukungan penuh kepada Presiden Soekarno dengan menyerahkan dana sebesar 13 juta gulden atau 1 triliun.
Kemegahan Mahkota Sultan Siak, Bernilai Seni Tinggi
Berdasarkan data Museum Nasional Indonesia, mahkota Sultan Siak terbuat dari emas, berlian, dan rubi.
Beratnya 1.803,3 gram. Diameternya 33 cm. Tingginya mencapai 27 cm.
Terdapat detail ukiran dan inskripsi Arab bertuliskan “mahkota emas.”
Ukiran indah berbentuk filigree atau kerawang menghiasi permukaannya.
Semua dibuat manual. Presisi. Bernilai seni tinggi.
Filigree sendiri adalah teknik pembuatan motif menggunakan benang logam halus seperti emas atau perak yang dipilin, dibentuk, dan disatukan.
Di Indonesia, bentuk kawatnya dikenal dengan pola melengkung, berputar, dan berulang.