Tak heran, mahkota ini kemudian ditetapkan sebagai Cagar Budaya Nasional lewat SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 248/M/2013 tertanggal 27 Desember 2013.
Tak hanya mahkota, Pemprov Riau juga akan membawa pulang sejumlah benda pusaka lainnya.
Ada pedang. Ada medali. Semua milik Kesultanan Siak.
"Ini benda-benda bersejarah yang belum pernah kembali ke Riau sejak diserahkan ke negara. Sesuai arahan Pak Gubernur, ini kita hadirkan dalam rangka merawat tuah, menjaga marwah," ujar Roni.
Disambut Secara Adat
Setibanya di Bumi Lancang Kuning, mahkota dan pusaka akan disambut secara adat oleh Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau.
Ketua Umum LAM Riau, Datuk Raja Marjohan, memastikan penyambutan akan digelar di Balai Adat LAM Riau, Rabu (6/8/2025).
Benda-benda tersebut akan dipamerkan di Kenduri Riau.
Setelah itu, rencananya akan tetap disimpan di Riau.
"Insyaallah, setelah pameran nanti, benda-benda pusaka ini akan tetap berada di Riau. Agar masyarakat bisa melihat langsung tanpa harus ke Jakarta," katanya.
Sekilas tentang Sejarah Kesultanan Siak
Kesultanan Siak didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah pada tahun 1723 dan berpusat di Siak Sri Inderapura, Riau.
Kesultanan ini berperan penting dalam perdagangan di Selat Melaka dan hubungan diplomatik dengan kerajaan-kerajaan besar dunia, termasuk Turki Utsmani.
Pada 1889 di masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim Istana dibangunlah istana yang kini menjadi ikon wisata Siak.
Istana Asserayah Hasyimiyah (Istana Siak) disebut juga Istana Matahari Timur.