Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Ramadan 2020

Terdampak Corona, Tradisi Jelang Bulan Suci Ramadan Hampir Lenyap dan Pelaksanaannya Berubah

Cara pelaksanaannya berubah, dari yang dulu meriah dan penuh kebersamaan, kini harus dilakukan sendiri-sendiri saja.

Penulis: Mayonal Putra | Editor: CandraDani
Tribunpekanbaru.com/MayonalPutra
Bupati Siak Alfedri menggelar doa bersama keluarga di rumah dinasnya dalam rangka menyambut datangnya bulan suci Ramadan 1441 H, Senin (20/4/2020) sehabis magrib.  

"Ada yang memanggil para tetangga sehabis magrib dan mengajak makan di rumahnya. Ada doa -doa juga dipanjatkan sehabis makan disertai dengan permintaan maaf dan saling memaafkan sebelum masuknya Ramadan," kata dia.

Tuan rumah akan menyampaikan maksud hajatannya sebagai bentuk rasa syukur sebelum datangnya Ramadan. Tuan rumah juga mendahului meminta maaf kepada yang hadir manakala ada kesalahan baik sengaja atau tidak sengaja selama bergaul di tengah masyarakat.

"Setelah makan, berdoa dan saling bermaafan kemudian baru pulang ke rumah masing-masing. Itu yang kebiasaan kami lakukan sebagai orang Melayu Siak," kata dia.

IMSAKIYAH Ramadhan 2020 atau Ramadhan 1441 Hijrah Resmi dari Kemenag untuk Pekanbaru dan Indonesia

Terkait Anjuran Shalat Tarawih di Rumah, Ketua Muhammadiyah Riau : Boleh Jika Kondisi Seperti Ini

Ribuan umat Muslim mengikuti pawai obor di Jalan Sembilang, Kec Rumbai Pesisir Pekanbaru pada malam terakhir Bulan Ramadan, Kamis (14/6/2018). Kegiatan ini rutin diadakan pada malam takbir sebagai bentuk merayakan hari kemenangan menyambut Idul Fitri. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY
Ribuan umat Muslim mengikuti pawai obor di Jalan Sembilang, Kec Rumbai Pesisir Pekanbaru pada malam terakhir Bulan Ramadan, Kamis (14/6/2018). Kegiatan ini rutin diadakan pada malam takbir sebagai bentuk merayakan hari kemenangan menyambut Idul Fitri. TRIBUN PEKANBARU/THEO RIZKY (Tribun Pekanbaru/Theo Rizky)

Selain itu, ziarah kubur biasanya dilaksanakan bersama-sama di pemakaman keluarga. Sekalian membersihkan pendam pekuburan milik masing-masing keluarga.

"Memang ada tradisi anak-anak dan remaja yang sudah lama hilang, yakni meletuskan meriam bambu. Zaman kami dahulu, seminggu sebelum puasa sudah banyak meriam bambu. Tapi itu memang sudah lama hilang karena perkembangan zaman," kata dia.

Datuk Seri Wan Said dapat memaklumi, tanda-tanda dekatnya Ramadan tidak tampak lagi dari tradisi -tradisi itu. Tahun-tahun sebelumnya, ia sendiri kesulitan mengatur jadwal karena banyaknya undangan makan di rumah warga menjelang Ramadan.

"Dunia sekarang dilanda wabah. Tentu kita harus waspada dan mengikuti himbauan pemerintah agar kita dapat memutus mata rantai penyebaran virus itu. Biarlah dulu tidak semeriah tahun yang sudah-sudah asalkan masyarakat selamat," kata dia.

Gubri Syamsuar: Kita Tidak Ingin Banyak yang Meninggal Dunia, Minta Pemkab dan Pemko Tetapkan PSBB

BREAKING NEWS : 6 PDP Meninggal, Tiga Positif, Gubri Resmi Umumkan Kampar Masuk Zona Merah Covid-19

TARAWIH - Jemaah Mesjid Agung An Nur sedang melaksanakan salat tarawih pada hari pertama, Minggu (5/5/2019). Kementerian Agama sudah mengumumkan perihal awal Ramadhan 1440 Hijriah, dalam pengumuman tersebut Ramadan 1440 H jatuh pada Senin 6 Mei 2019. Dengan demikian, awal ibadah puasa dimulai pada Senin (6/4/2019).
TARAWIH - Jemaah Mesjid Agung An Nur sedang melaksanakan salat tarawih pada hari pertama, Minggu (5/5/2019). Kementerian Agama sudah mengumumkan perihal awal Ramadhan 1440 Hijriah, dalam pengumuman tersebut Ramadan 1440 H jatuh pada Senin 6 Mei 2019. Dengan demikian, awal ibadah puasa dimulai pada Senin (6/4/2019). (Tribunpekanbaru/Theo Rizky)

Ia juga meminta agar petang megang tidak dilakukan secara bersama-sama. Petang megang itu tradisi 1 hari jelang Ramadan tiba. Masyarakat mandi di petang hari dengan pengharum buah limau dicampur wewangian alamiah lainnya.

"Ada juga yang melakukan bersama-sama tradisi ini seperti di sungai atau waduk atau danau. Nah, sekarang kami himbau lakukan di rumah masing-masing saja," kata dia.

Ia menegaskan, tradisi penyambutan Ramadan di tengah masyarakat Melayu Siak tidaklah hilang dimakan Corona. Hanya saja diubah buat sementara waktu dari bersama-sama menjadi sendiri-sendiri.

"Jadi tidak hilang, pola dan caranya saja berubah karena kondisi saat ini. Kalau tahun depan kondisi pulih tradisi tetap kita lakukan sebagaimana sedia kala," kata dia.

Bupati Siak Alfedri juga meminta masyarakat untuk tetap tenang dan menyesuaikan diri dengan keadaan. Ramadan tetap disambut dengan riang gembira namun tidak dengan cara membuat acara beramai-ramai.

"Selain jangan lakukan petang megang bersama-sama, ziarah kubur bersama-sama dan kenduri sekedah nasi bersama-sama, kita juga menghimbau kepada msyarakat untuk melaksanakan salat tarawih di rumah masing-masing," kata dia.

Ia juga melarang warga mudik lebaran dan meniadakan pasar Ramadan serta pawai takbiran. Kegiatan-kegiatan itu mengundang orang ramai dan dapat mempercepat penyebaran virus Corona.

"Saat ini kota konsentrasi bagaimana memutus mata rantai penyebaran Corona. Jadi, jangan dulu dilaksanakan kegiatan melibatkan orang banyak," kata dia. (Tribunpekanbaru.com/mayonal putra)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved