Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

Usulan Pahlawan Nasional 2025

Prabowo Umumkan 10 Pahlawan Nasional Baru: Tidak Ada Nama dari Riau, Mahmud Marzuki

Pemerintah Provinsi Riau sempat mengajukan satu nama tokoh asal daerahnya untuk diusulkan sebagai pahlawan nasional.

Istimewa
Kibarkan bendera merah putih yang dijahit sang istri, Mahmud Marzuki kemudian bergerilya mengusir penjajah. Kini menjadi calon pahlawan nasional dari Kampar, Riau. 

Tuduhan ini rekayasa karena sebenarnya karena alasan lain. "Alasan utama Belanda menangkapnya adalah aktivitas dakwah beliau yang dianggap berbahaya," katanya.

Buya Mahmud, sapaannya, dikeluarkan dari penjara dengan bantuan pamannya. Setelah itu, melanjutkan perjalanan ke Singapura. 

Di negara itu, ia dibantu oleh seorang pengusaha sekampungnya bernama H. Abu Bakar. Bantuan dana digunakan untuk pergi ke Perak, Malaysia. Dimana banyak penduduknya berasal dari Kuok Bangkinang.

Sampailah dia di India. Pada 1936, ia tamat. Lalu kembali ke Bangkinang. Sekembalinya ke kampung halaman, ia mulai menilik sekolah-sekolah Tarbiyah Islamiyah yang telah banyak berdiri. Ia juga aktif berdakwah. 

Ia tidak bisa leluasa berdakwah di dalam cekaman kolonial. Ia pun memusatkan dakwahnya di Air Tiris, daerah banyak temannya berasal. 

Keaktifan di bidang agama membuat ketokohannya kian tersiar. Ia diangkat menjadi Ketua Muhammadiyah Cabang Kewedanaan Bangkinang pada 1939. Di masa itulah ia mendirikan Sekolah Muhammadiyah di Kumantan, Bangkinang. 

Pada 1940, Ongku Mahmud mendirikan Hizbul Wathan untuk para pemuda. Lalu merantau ke Payakumbuh pada 1941 untuk mendalami perannya di organisasi Muhammadiyah dan sebagai Mubalig. 

Pada masa penjajahan, ia menunjukkan dedikasinya di bidang pendidikan. Di samping melawan penjajah dengan mengangkat senjata.

Ia tercatat mendirikan sekolah di dapur umum markas dan basis perjuangannya bersama pasukannya. Ia memimpin Pasukan Hizbullah dan Harimau Kampar bentukannya.

Markas dan basis perjuangan itu di rute gerilya yang dia bangun. Sekolah-sekolah itu masih eksis sampai sekarang. Ia diikuti beberapa teman seperjuangannya mendirikan sekolah yang masih ada sampai sekarang.

Mahmud Marzuki mendirikan Perguruan Mualimin Muhammadiyah Bangkinang pada tahun 1944-1945. Ini merupakan kelanjutan dari sekolah-sekolah ibtidaiyah dan sekolah rakyat (SR). 

Berdasarkan catatan TP2GD Kampar, berikut sebaran sekolah yang dibangunnya:

  • 12 di Kuok,
  • 13 di Air tiris,
  • 3 di Bangkinang,
  • 3 di Salo, 
  • 6 Rumbio.

Ditambah yang dibangun temannya seperjuangannya di desa dan dusun, total lebih dari 60 sekolah.

Pembangunan sekolah bersumber dari swadaya masyarakat yang semangatnya terbakar oleh pidato Mahmud Marzuki. Kini Perguruan Mualimin telah memiliki 40 lokal dari tingkat Ibtidaiyyah sampai Aliyyah. 

Sejarah mencatatkan, beliau memimpin pengibaran bendera Merah Putih yang pertama di Bangkinang setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. 

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved