Waspada Bencana Hidrometeorologi
Tiap Tahun Kebanjiran, Seribuan Warga Inuman Kuansing Pilih Berdamai dengan Alam
Setiap tahun, sejumlah desa di kecamatan Inuman, Kuansing menjadi langganan luapan Sungai Kuantan.
Penulis: Guruh Budi Wibowo | Editor: M Iqbal
Ringkasan Berita:
TRIBUNPEKANBARU.COM, KUANSING — Ketika bencana hidrometeorologi menjadi ancaman nasional, warga di Kecamatan Inuman, Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), justru memilih bertahan dan berdamai dengan alam.
Kawasan yang dikelilingi Sungai Kuantan dan sejumlah anak sungai ini sudah akrab dengan banjir tahunan.
Bagi masyarakat Inuman, banjir bukan lagi hal baru. Setiap tahun, sejumlah desa di kecamatan itu menjadi langganan luapan Sungai Kuantan yang menggenangi rumah, fasilitas umum hingga lahan pertanian.
Alih-alih panik atau pindah, warga justru telah menyiapkan cara bertahan. Mereka membuat lantai darurat dari papan di dalam rumah dengan ketinggian hingga dua meter, menyusun barang-barang penting di atasnya dan menggunakan sampan untuk aktivitas harian.
“Tidak ada cara lain. Ini tanah kami, kampung kami. Kami sudah terbiasa hidup dengan banjir,” ujar Yuliandi, warga Desa Pulau Sipan, Kecamatan Inuman, Rabu (19/11/2025).
Pemerintah kecamatan mencatat ada ratusan kepala keluarga yang terdampak setiap musim banjir. Namun sejauh ini, sebagian besar warga tetap memilih menetap.
Mereka sadar, tinggal di daerah bantaran sungai membawa risiko. Tapi bagi warga Inuman, hidup berdampingan dengan alam, meski kadang datang membawa bencana adalah bagian dari kenyataan yang harus diterima.
Namun bagi Yuliandi, banjir tahun ini adalah banjir penuh ujian. Bagaimana tidak, banjir datang bertepatan 1 Ramadhan lalu.
Saat umat Islam menyambut 1 Ramadhan dengan suka cita, ia dan ratusan warga lain justru sibuk menyelamatkan barang-barang dari luapan Sungai Kuantan yang tiba-tiba naik.
"Tahun ini banjir terparah selama saya hidup. Dan datangnya pas hari pertama puasa. Banjir mencapai sepinggang,” ujar Yuliandi, mengenang saat-saat mereka harus sahur dan berbuka di tengah genangan air.
Perubahan cuaca yang ekstrem membuat warga tak lagi bisa memprediksi kapan bencana tahunan ini akan datang. Di Desa Pulau Sipan saja, ada 276 KK terdampak banjir.
Pemkab Kuansing pernah mewacanakan relokasi karena desa itu menjadi langganan banjir. Namun ia enggan meninggalkan kampung halaman yang sudah mereka tempati turun-temurun.
“Rumah ini dibangun di atas tanah warisan. Susah untuk pindah. Kami lebih memilih bertahan,” kata Yuliandi.
Sebagai bentuk kesiapsiagaan, Yuliandi dan warga lainnya menyiapkan papan-papan kayu yang disusun menjadi lantai darurat. Di atasnya, mereka menaruh barang berharga, motor, kasur, bahkan makanan. Di sanalah mereka tidur, sahur, dan berbuka.
Tak hanya kehilangan kenyamanan, warga juga kehilangan suasana Ramadhan. Masjid tidak menggelar salat tarawih karena ikut tergenang. Tak ada pasar Ramadhan, karena tak ada pedagang yang bisa berjualan.
Sumur terendam, air bersih langka. Bahkan untuk ke warung, warga harus menggunakan sampan.
"Air bersih yang sulit jika banjir tiba. Sebab ,itu kami mempersiapkan tanki penampungan air bersih dalam menghadapi banjir tahunan," ujar Yuliandi.
Camat Inuman, Zamri, mencatat sembilan desa terdampak banjir saat itu, dengan total 1.608 KK. Adapun warga yang terdampak yaitu di Desa Seberang Pulau Busuk dengan 251 KK terdampak, Pulau Panjang Hilir 262 KK, Pulau Sipan 276 KK, Pulau Busuk 303 KK, Pulau Busuk Jaya 99 KK, Desa Kampung Baru Koto 15 KK, Banjar Nantigo 87 KK, Ketaping Jaya 280 KK, dan Desa Pulau Panjang Hulu dengan 35 KK yang terdampak.
"Warga tidak mau relokasi. Jika bisa aliran sungai Kuantan yang dialihkan, tapi itu tidak mungkin," ujar Zamri.
Bencana Baru Mengintai Kuansing
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing) diimbau waspada perubahan cuaca ekstrem yang mendadak, terutama warga yang bermukim di Daerah Aliran Sungai (DAS), tebing dan perbukitan.
Bupati Kuansing, Suhardiman Amby pun telah menetapkan status siaga darurat Bencana Hidrometeorologi (banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung) pada Selasa (14/1/2025) kemarin.
Kalaksa BPBD Kuansing, Yulizar mengatakan ada bencana baru yang menjadi ancaman di sejumlah wilayah di Kuansing. Bencana baru itu adalah banjir bandang.
Adapun daerah yang rawan banjir bandang adalah Desa Mudik Ulo dan Desa Inuman Kecamatan Hulu Kuantan.
"Sungai Ulo di kecamatan itu acap kali meluap dan menyebabkan banjir bandang," ujarnya.
Kemudian Desa Petapahan, Kecamatan Gunung Toar yang juga selalu menjadi langganan banjir bandang saat hujan deras dan berlangsung lama dengan 195 KK terdampak pada Maret 2025 lalu.
Selain itu Desa Rambahan, Kecamatan Logas Tanah Darat. Pendangkalan Sungai Rambahan membuat desa itu kerap dilanda banjir bandang.
Terakhir Desa Penghijauan dan Desa Pasar Baru, Kecamatan Pangean. Dimana dua desa itu sering dihantam banjir bandang karena bendungan Pangean tidak mampu lagi mengendalikan debit air sungai Kuantan.
Penyebab utama dari munculnya banjir bandang ini diduga kuat berasal dari aktivitas Pertambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang mengakibatkan pendangkalan sungai dan rusaknya struktur lingkungan.
"Sementara untuk bencana banjir tahunan, semua desa di bantaran sungai di Kuansing, baik itu sungai Kuantan dan Singingi rawan banjir," ujarnya.
Dari 15 kecamatan hanya tiga kecamatan yang masuk dalam kategori kelas bahaya sedang dalam bencana banjir.
Ketiga kecamatan yang masuk kelas bahaya sedang dalam bencana banjir adalah Kuantan Tengah, Hulu Kuantan dan Kecamatan Gunung Toar.
"13 kecamatan lainnya masuk dalam kelas bahaya tingkat tinggi. Klasifikasi kelas berdasarkan ketinggian air hingga indikator lainnya. Karena mayoritas kecamatan masuk dalam kelas bahaya tinggi, maka Kabupaten Kuansing masuk dalam kategori kelas bahaya tinggi bencana banjir," ujar Yulizar.
Total luas area yang terdampak banjir di Kuansing mencapai 100.027,21 hektar.
Meski masuk kategori kelas bahaya tinggi bencana banjir, BPBD Kuansing tidak memiliki mobil pemasok air bersih dan juga mobil dapur umum.
Yulizar mengatakan, BPBD telah mengajukan satu unit mobil pemasok air bersih da satu unit mobil dapur umum ke BNPB pada 2024 lalu.
"Saya berharap tahun ini juga terealisasi, mengingat ancaman banjir tahunan di awal tahun depan," ujar Yulizar.
| Lebih Seperempat Wilayah Kampar Berpotensi Banjir, Ini Sebaran Kelas Bahaya Tinggi |
|
|---|
| Lakukan Mitigasi Banjir di Rumbai, Wawako Pekanbaru Perintahkan BPBD Deteksi Dini Ancaman Banjir |
|
|---|
| Jalur Lintas Riau Rentan Longsor Saat Musim Hujan, BPBD: Masyarakat Harus Siaga |
|
|---|
| Sejumlah Daerah di Riau Masuk Zona Rawan Banjir, Warga Diminta Waspada |
|
|---|
| Mendagri Minta Daerah Siaga Bencana Hidrometeorologi, di Kampar Malah Muncul Karhutla |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.