Pemko Pekanbaru
Super Hub Pemko Pekanbaru

FAKTA di Balik Kematian Balita 4 Tahun di Meranti Riau, Tubuh Penuh Luka Sering Dipukul dan Disiksa

Meninggalnya balita yang berumur lebih kurang 4 tahun di Kecamatan Rangsang, Kepulauan Meranti Riau diduga disiksa orangtua asuh.

Penulis: Teddy Tarigan | Editor: Nurul Qomariah
Ist
Pembongkaran makam balita ES di Kepulauan Meranti yang diduga jadi korban penyiksaan orangtua asuhnya hingga meninggal dunia. 

Tepatnya Februari 2021, setelah adanya kesepakatan, akhirnya balita tersebut dibawa ke Rangsang untuk diasuh oleh pelaku.

Pelaku pun digaji oleh Arin selama mengasuh sang balita.

Arin mengirimi uang setiap bulan kepada tersangka sebesar Rp500 ribu setiap bulan, di luar biaya lainnya, jika ditital nominalnya mencapai jutaan rupiah.

"Kami tanyakan kepada tetangganya, waktu itu kondisi balita masih sehat dan cantik, setiap sore ia dibawa berkeliling jalan-jalan, dan rambutnya pun tampak diikat dengan pita dan kondisinya sangat terawat," ungkap Suprapti.

7. Sering Dipukul

Namun, setelah 2 minggu di dalam pengasuhan tersangka, kondisi berubah.

Balita tersebut tidak lagi dibawa jalan-jalan dan rumahnya pun sering ditutup.

"Kalau pun keluar, itu ketika ada rapat PKH anak itu pun dipakaikan jilbab dan hanya muka saja yang kelihatan. Anak itu diajak pergi karena di rumah tidak ada yang jaga," ujar Suprapti.

" Setelah itu anak itu pun dikurung di rumah, saya tanyakan sama teman sebayanya pun memang tidak pernah keluar bermain," imbuhnya.

Ternyata sang balita sering disiksa oleh tersangka.

" Menurut keterangan tetangga anak ini sering dipukuli, namun ketika menangis tidak ada yang dengar karena musik dibunyikan dengan keras," ujar Suprapti.

Ditambahkan, hubungan sosial tersangka dengan tetangga pun kurang harmonis karena sering bertengkar dan sering pula dimediasi oleh ketua RT.

Dikatakan Suprapti, dari pengakuan suaminya juga sering melihat balita tersebut dipukul menggunakan sapu.

8. Bersifat Kasar

Anak-anak tersangka pun enggan tinggal bersama ibunya, karena sikapnya yang kasar dan sering memukul.

"Suaminya kerja di pelabuhan, dari pagi sore baru tiba di rumah, namun suaminya sering melihat balita itu menangis," ujar Suprapti.

Saat ditanya oleh suami pelaku, sang balita mengaku dia memang dipukuli oleh Oma (panggilan korban pada pelaku).

" Akibatnya tak jarang suami memarahi tersangka dan mereka pun kerap cekcok mulut. Suaminya pun bertanya kenapa sering memukuli, tersangka pun beralasan dirinya kesal balita itu sering buang air di lantai," ucap Suprapti.

Terkait adanya bekas luka di sekujur tubuh korban tersebut, dikatakan Suprapti bahwa tersangka mengatakan jika korban sering jatuh dan jarang juga dia sering mencakar.

"Tersangka mengatakan jika korban sering jatuh makanya ada bekas luka dan luka itu pun sering digaruknya. Namun dia juga mengakui jika sering mencubit anak asuhnya itu, makanya ada bekas cakaran kuku di kulit balita itu," ungkapnya.

Dari keterangan suaminya kepada polisi, bahwa dia tidak akan berbohong dan mengatakan yang sebenarnya yang terjadi.

Suami pelaku sangat kooperatif dan sanggup memberikan kesaksian kepada polisi dan tidak akan berbohong terhadap apa yang sebenarnya terjadi.

"Arin yang berada di Malaysia meminta kepada pelaku untuk dihukum dengan seberat-beratnya," kata Suprapti.

9. Hanya Dieksploitasi

Terakhir Suprapti menyampaikan bahwa kasus tersebut merupakan akibat dari mengasuh anak yang dianggap tidak resmi atau ilegal.

"Kami mengimbau agar masyarakat yang ingin mengasuh anak untuk melaporkan ke dinas terkait dan idealnya seperti itu,' ucapnya.

"Kasus tersebut adalah contoh pengasuh yang tidak legal, makanya terjadilah penganiayaan dan eksploitasi anak karena hanya ingin mendapatkan uang," imbuh Suprapti.

Kasus anak di Kabupaten Kepulauan Meranti sangat menonjol.

Dibeberkan Suprapti, ahwa pada tahun 2020 terdapat 52 kasus, diantaranya 48 kasus anak dan 4 kasus perempuan.

Sementara di tahun 2021 dari 34 Kasus 32 kasus anak dan dua kasus perempuan.

( Tribunpekanbaru.com / Teddy Tarigan )

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved